Geng Kobra – Belajar Budaya Lewat Musik

 


Setelah acara IG live Bincang MIMDAN #3 dipandu oleh Evi Sri Rezeki berjudul Belajar Budaya Lewat Musik yang diselenggarakan Merajut Indonesia bersama PANDI (Pengelola Nama Domain Internet) pada Kamis, 27 Januari 2022 pukul 19.30 s.d. 20.30 WIB, saya jadi teringat masa kecil, ketika ibu selalu memutar kaset dvd di setiap pagi dan sore untuk mendengarkan lagu melayu kesukaannya yang didendangkan oleh Boy Sandi dan Asmidar Darwis, inilah awal mula saya mulai menyukai musik dan bahasa.


PANDI lewat Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN) selaras dengan tujuan dari Geng Kobra untuk melestarikan aksara melalui musik. Vokalis Geng Kobra, Joko Elisanto (pencipta lagu merajut nusantara) mengatakan bahwa aksara adalah cerminan budaya dan prilaku seseorang dari setiap daerah. Tidak lupa pula ia mengatakan aksara yang didendangkan dalam musik akan menciptakan kenyamanan dan kesantunan pada setiap pendegarnya. Hal ini lah yang menjadikan saya teringat dengan pribahasa ‘Apa yang kau tanam, maka itu yang akan kau tuai’.


Dalam acara tersebut moderator (Evi Sri Rezeki) bertanya pada Mas Joko, bahwa kira-kira hal apa yang bisa membuat tertarik pendengar pada aksara. Dengan tenang Mas Joko menjawab bahwa bahasa daerah dan nada adalah kunci utama yang dapat menarik perhatian pendengar. Dengan nada-nada lembut yang masuk ke dalam telinga pembaca diiringi diksi-diksi yang unik dan jarang terdengar ini akan membuat pendengar musik penasaran dan mereka akan mencari sendiri arti dari aksara tersebut, degan semangat berapi-api Mas Joko meyakinkan para pendengar pada IG live  malam itu termasuk saya di dalamnya.


Pada malam itu banyak dari pendengar IG live yang setuju dengan pendapat-pendapat yang dipaparkan oleh Mas Joko kepada moderator termasuk argumen “Dari aksara maka kita akan lebih mudah memahami sebuah bahasa”. Saya memahami betul pesan dari kata-kata tersebut, karena selama ini dengan musik saya jadi lebih sering mengartikan diksi-diksi dari musik yang saya dengar, baik itu musik berbahasa Inggris, Spanyol, Perancis, China, Jepang, Jerman, maupun bahasa daerah seperti bahasa Melayu, Padang, Karo, Jawa, Sunda, dan lain-lain. Dengan diksi dari musik tersebut saya jadi mendapat banyak pengetahuan tentang bahasa dan budaya dari setiap negara maupun daerah yang ada di Indonesia.


Mas Joko pun merespon isu tentang anak muda yang saat ini lebih banyak menyukai budaya dan musik luar negeri daripada budaya dan musik lokal, dengan mengatakan bahwa para musisi lokal harus lebih kreatif dalam menarik minat anak muda untuk mendengarkan musik lokal. Misalkan dengan cara membawa masuk aransemen dari nada-nada musik luar ke dalam musik lokal. Tak lupa pula Mas Joko menyebutkan nama alm. Didi Kempot yang berhasil menggunakan cara tersebut sehingga hampir dari separuh anak muda di Indonesia menyukai lagu Campur Sari. Sedangkan Geng Kobra menggunakan cara yang lebih unik lagi dari musisi lainnya, yaitu selalu memasukkan aksara jawa ke setiap lagu yang mereka buat dibalut kesyahduan dari nada-nada keroncong khas Pulau Jawa.


Banyak hal yang membuat saya salut dalam acara tersebut, salah satunya adalah ketika Geng Kobra baru merintis karir awalnya. Mas Joko mengatakan bahwa Geng Kobra melakukan rekaman di studio sederhana dan modal yang sangat minim. Bahkan mereka mendatangi ribuan label minor yang ada di D.I. Yogyakarta, Jawa Tengah dan Jawa Timur agar lagu mereka dapat di dengar oleh banyak masyarakat Jawa pada saat itu. Mereka melakukan kesepakatan pada setiap label dengan memasukkan logo label tersebut pada kover album lagu mereka. Sesuai dengan pepatah ‘Usaha tidak akan mengkhianati hasil’, lagu mereka meledak dipasaran sehingga membuat beberapa label mayor tertarik untuk mengontrak Geng Kobra.


Evi Sri Rezeki juga bertanya kepada Mas Joko, apa yang membuatnya selalu mendapatkan inspirasi dalam membuat lagu daerah berisikan dengan aksara? Mas Joko menjawab ada dua hal dalam hidup yang terus membuatnya menciptakan lagu lokal dengan budaya aksara jawa, yaitu perlakuan lembut ibunya dengan bahasa ibu dan lagu-lagu berbahasa Indonesia yang dikirimkan kepadanya ketika ia menjadi seorang direktur di studio radio kecil. Dua hal inilah yang selalu melecut hati dan pikirannya untuk lebih banyak membaca aksara dan mendengarkan musik berbahasa jawa. Sehingga seiring waktu ia dapat menuliskan inspirasi dalam kepalanya ke bentuk tulisan.


Akhir dari acara tersebut Evi Sri Rezeki meminta Mas Joko untuk menghibur penonton IG live MIMDAN dengan menyanyikan sebuah lagu. Pada saat itu, bagi saya suara Mas Joko tak kalah dengan penyanyi campur sari lainnya. Begitu syahdu terdengar, begitu tenang di hati. Geng Kobra dan Pandi lewat Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (Mimdan) telah berpartisipasi dalam membudayakan aksara di Indonesia. Bagaimana dengan kamu?[]


Posting Komentar

0 Komentar